Rabu, 26 Maret 2008

Ponsel Pun Jadi Sumber Penyakit!

Semakin berkembangannya teknologi ternyata tidak selamanya berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya saja penggunaan ponsel, walaupun memudahkan dalam hal komunikasi, disisi lain, bisa jadi sumber penyakit.

Sejak beberapa bulan belakangan ini, Asriyanti sering merasa sakit kepala. Bahkan biasanya dibarengi dengan rasa mual. Hal ini pun membuat Yanti mengira-ngira apa yang terjadi padanya. Dia pun langsung mengklaim bahwa ponsel yang ia gunakan bisa saja menjadi sumber masalah derita yang dialaminya. Pasalnya, dia pernah mendengar bahwa radiasi yang dipancarkan oleh ponsel memang bisa mempengaruhi kondisi tubuh bahkan sampai menyebabkan kanker otak!

Walaupun dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa quantum energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif masih kecil. Hanya berkisar seper sejuta elektron Volts. Namun, kalau jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara pesawat ponsel dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Hal ini ditambah lagi dengan intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi (kepala khusus bagian telinga), akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Artinya makin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati lebih jauh lagi.

Suatu penelitian yang pada saat ini sedang dilakukan di Universitas Lund (Swedia) menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat mempengaruhi fungsi enzim dan protein. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus percobaan menunjukkan adanya perubahan biokimia dalam darah tikus, yaitu terjadinya perubahan protein albumin yang berfungsi dalam memasok aliran darah ke otak. Professor Leif Salford seorang peneliti masalah dampak pemakaian ponsel terhadap kesehatan, mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar dari ponsel dapat memicu timbulnya penyakit “alzheimer” atau kepikunan lebih awal dari usia semestinya. Alzheimer adalah salah satu penyakit yang menyebabkan menurunnya kemampuan berfikir serta kemampuan mengingat-ingat atau memori, sehingga gejala penyakit alzheimer mirip dengan orang tua yang pikun. Selain itu,menurut para ahli, untuk waktu kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ reproduksi. Kecenderungan ini lebih berdampak pada wanita, yaitu dapat mengurangi kesuburan produksinya. Untuk itu, sebaiknya para wanita bisa mengurangi penggunaan ponselnya.

Untuk mengetahui besar gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel,
Federal Communication Comission (FCC) Amerika telah menguji tingkat radiasi
yang dipancarkan beberapa ponsel. Kekuatan radiasi ponsel yang diterima otak
atau yang dinamakan SAR (Specific Absorption Rate) diukur dalam satuan

watt/kg. Badan ini menetapkan bahwa semua ponsel yang memancarkan radiasi
diatas 1.6 watt/kg dilarang utk diproduksi (dilarang masuk di Amerika-Red).
Sebenarnya semua ponsel yang beredar masih bisa dikategorikan “aman” karena
tingkat SAR-nya masih dibawah 1.6 watt/kg. Meskipun demikian ada beberapa orang yang merasa agak pusing atau telinganya panas setelah menggunakan ponsel yang tergolong “aman” itu. Jadi sebetulnya, ponsel yang betul-betul aman adalah yang tingkat radiasinya dibawah 1 watt/kg. Di Indonesia sendiri jumlah ponsel sudah mencapai hampir sembilan juta buah sehingga potensi bahaya sekecil apa pun menjadi cukup signifikan untuk dicermati.
Kekhawatiran terhadap adanya radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, ternyata telah dimanfaatkan secara psikologis oleh produsen peralatan proteksi radiasi yang ditimbulakan oleh ponsel. Pada saat ini memang telah diperdagangkan suatu alat yang dikatakan dapat memproteksi radiasi yang ditimbulkan oleh ponsel, terutama yang katanya dapat menembus dan mempengaruhi jaringan otak manusia. Seberapa jauh efektifitas alat proteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pemakaian ponsel, sejauh ini masih perlu diteliti kebenarannya. Namun yang jelas, dampak psikologis terhadap kemungkinan adanya pengaruh radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, telah dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjual peralatan proteksi tersebut. Peralatan proteksi radiasi tersebut ada yang berlabel buatan Amerika dan berbentuk cincin yang menurut “petunjukknya” harus ditempelkan pada bagian telinga agar radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak sampai ke jaringan otak. Harga yang ditawarkan untuk peralatan proteksi radiasi tersebut berkisar Rp 25.000,- per buah. Ada juga peralatan lain yang dikatakan sebagai reduktor radiasi elektromagnetik ponsel berupa loudspeaker telinga yang dilengkapi dengan extension kabel atau lebih populer dengan sebutan alat “hands free”. Dengan alat hands free ini orang dapat berkomunikasi via ponsel tanpa memegang ponsel. Harga peralatan jenis terakhir ini ditawarkan dengan harga bervariasi antara Rp. 50.000 – Rp. 80.000,- tergantung dari jenis / merk ponselnya. Alat ini agaknya masih dekat denga tubuh karena pada umumnya dimasukkan ke dalam saku baju. Namun sekali lagi, seberapa jauh efektifitas peralatan proteksi radiasi elektromagnetik tersebut, kiranya masih perlu diteliti lebih lanjut.

Tentu saja, adanya dampak-dampak pada kesehatan manusia dari penggunaan ponsel tidak membuat perusahaan ponsel berhenti begitu saja. Malah, para produsen telah mengeluarkan produk-priduk baru secara kontinu. Toh, sampai hari ini, penggunaan ponsel pun semakin marak Asalkan hati-hati saja dalam penggunaannya.

Tidak ada komentar: