Minggu, 02 Maret 2008

Menengok Sejarah Fotografi

Buat anda yang senang dipotret atau senang memotret, hobby fotografi memang memiliki tantangan tersendiri. Selain bisa menjadi seni tersendiri, tentu saja dari segi bisnis, fotografi pun sudah menjadi bagian dari pasar bisnis.


Dengan apa kita mengabadikan kenangan? Jawabnya fotografi. Apapun itu, semuanya bisa diabadikan lewat dunia fotografi. Tentu saja, karena dunia fotografi adalah dunia yang dinamis dan memiliki dimensi yang luas. Sejarahnya pun begitu panjang sampai akhirnya mencari klimaks yang tak akan berakhir, seperti kemunculan digital hari ini.

Pengetahuan bahwa citra dapat terbentuk pada sebuah permukaan dalam sebuah ruang gelap (camera obscura ) diperkirakan berasal dari Cina Kuno. Dari sinilah kemudian sekitar Tahun 1000 M, seorang pelajar berkebangsaan Arab bernama Al-Hazen menulis bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya yang melewati sebuah lubang kecil. Sekitar 400 tahun kemudian, Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Seandainya tulisan da Vinci dipublikasi, kemungkinan ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera. Lanjut pada tahun 1558, Battista Delta Porta, dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui buku tentang Camera Obscura yang dipublikasikannya. Kemungkinan karyanya tersebut didasari pada penemuan-penemuan da Vinci. Dan pada awal abad 17 seorang ilmuan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Masalah yang belum bisa diatasinya ialah menghentikan proses kimia, setelah gambar-gambar terekam agar permanen. Memasuki tahun1727, Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas. Kemudian sekitar tahun 1800, seseorang yang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra yang telah melalui lensa pada camera obscura (sekarang ini disebut kamera) tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif (sekarang ini dikenal fotogram), pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran. Memasuki tahun 1824, setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang, akhirnya pria Perancis bernama Joseph Nieephore Niepee, seorang lithograph, berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut FOTO (tak menggunakan kamera), melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograf) dengan menggunakan sejenis aspal (yang disebutnya Bitumen of judea) sebagai bahan kimia dasarnya. Kemudian iapun mencoba menggunakan kamera ( ada sumber yang menyebutkan Niepee sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada camera obscura. Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang kecil), juga bahan kimia lainnya, tapi hasilnya tidak memuaskan. Setelah saling menyurati antara para penemu tadi, sekitar Agustus 1827, Niepee kemudian berjumpa dengan Louis Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketetrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera. Tapi sayangnya, kerjasama ini tidak dapat dilanjutkan karena Niepee meninggal pada tahun 1933.

Memasuki tahun 1839 pada 7 Januari, dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan secara ilmiah, Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya selama ini kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto-foto yang permanen itu disebut Daguerretype, yang tak dapat diperbanyak / reprint /repro. Saat itu Daguerre telah memiliki foto studio komersil dan Daguerretype tertua yang masih ada hingga kini diciptakannya tahun 1837. Tak lama setelah itu pada 25 Januari, William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya (tepatnya tahun 1834) berupa proses fotografi moderen kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan sistem negatif-positif ( bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran / pengecilan) dan dapat diperbanyak. Talbot juga memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga menghasilkan negatif diatas kertas.

Pada sekitar Oktober 1847, Abel Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kertas yang sering digunakan. Kemudian seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer dengan sebutan WET-PLATE Fotografi. Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal.
Memasuki Juni 1888, George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasil penelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera (berisi film) dikirim ke perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda denga kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa. Hingga kini, perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa menggunakan roll film. Itulah perkembangan dunia fotografi hingga masuk era digital.
Tak ada yang ingin memastikan kapan berakhirnya fotografi. Namun, sebagai sebuah aktivitas berdasarkan kesenangan personal, fotografi akan tetap hadir dalam kehidupan kita. Menjadi medium klasik dalam produksi citraan yang penuh puitik dan melankolis. Di Indonesia sendiri, boleh dikata perkembangan fotografi sungguh sangat menggembirakan, tercatat nama-nama besar forografer seperti Darwis Triadi, Oscar Matulloh, dan lainnya yang telah meiliki taraf internasional. Nah, bagi anda yang hobby fotografi, untuk kawasan Makassar sendiri sudah banyak klub-klub fotografi yang bisa menjadi mediasi. Sebut saja UKM Fotografi di Unhas dan UKM Seni-fotografi di UNM. Yang pastinya, dunia fotografi akan selalu menantang.

(dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar: