Kamis, 20 November 2008

bentrok mahasiswa di makassar

beberapa hari lalu sempat diskusi dengan beberapa orang. Mengherankan kenapa
mahasiswa di makassar dalam dua minggu terakhir ini kalau menggelar
aksi pasti ada yang berakhir dengan bentrok. Baik itu bentrok sesama
mahasiswa (tawuran) ataupun bentrok dengan polisi (yang pada akhirnya
disebut preman berseragam).
kemungkinan pertama, ada yang mengaitkannya dengan aroma pilkada yang
belum selesai. Walaupun tidak ada yang menyeret nama salah satu
kandidat pilkada makassar kemarin, tetapi ada teman yang
menghubungkannya.
kemungkinan kedua, ada yang mengaitkannya dengan sistem keamanan yang
ada di makassar. ada yang menginginkan kapolda sulselbar dimutasikan
ke daerah lain. Pada akhirnya masyarakat (mungkin) akan berpikir kalau
kapolda tak mampu lagi menjaga suasana kondusif di makassar.
Tanpa bermaksud menghubung-hubungkan secara erat, kalau kita menyebut
institusi kepolisian dengan kapoldanya, beberapa pihak mengaitkannya
dengan wartawan. ini terkait dengan kasus kriminalisasi pers yang
sampai hari ini diperjuangkan jurnalis untuk dihilangkan. akhirnya
menjadi dendam pribadi antara kepolisian dan wartawan. Bahkan kata
salah satu teman yang mendengarkan lewat HT, seorang polisi pada saat
melakukan pengamanan bentrokan, nyeletuk "tembak saja wartawan".
Mungkin nuansa panas ini masih saja terjadi dalam beberapa hari
terakhir. Walaupun Tuhan sudah mengguyur Makassar dengan hujan setiap
harinya, toh hati mereka tetap saja panas...
also wrote on lakekomae.multiply.com